Seks Nikmat Yang Luar Biasa Dengan Si Bibir Sexy
Nikmat Yang Luar Biasa – Kisah Sex, Kisah Sex Terbaru, Kisah Sex Terhangat, Kisah Sex Nyata, Kisah Sex Hot, Waktu itu Rounald yg masih duduk di perkuliahan mempunyai teman akrab namanya
Silvina dia berasal dari Sumatera dan katanya dia masih menumpang di rumah tantenya, kebetulan
hobi kita sama yaitu naik gunung pecinta alam kita sering bersama kadang aku juga maen
kerumahnya, dan bisa lebih karena aku juga naksir dgn adik sepupunya namanya Seshy.Seshy adalah
anak dari tante yg rumahnya ditumpangi oleh Silvina, meskipun aku sudah akrab dgn keluarganya
tante tapi aku tak langsung pacari si Seshy, tapi selama perjalanan waktu sudah berubah dimana
ayah Seshy yg wakil rakyat meninggal dunia.
Kisah Sex
Jadi Sekarang Ibunya yg mengurus semua perusahaan yg dikendalaikan ayah Seshy, Harapanku
untuk memacari Seshy tetap ada, meskipun saat aku berkunjung kerumahnya jarang bertemu
langsung dgn Seshy, malah Ibunya yg namanya Desta menemaniku, karena kesibukannya Seshy yg di
Jakarta sedang belajar di sekolah presenter stasiun TV swasta.
Tapi sebenarnya kalau mau jujur Seshy masih kalah dgn ibunya. Bu Desta lebih cantik.,kulitnya lebih
putih bersih, dewasa dan tenang pembawaannya. Sementara Seshy agak sawo matang, nurun
ayahnya kali? Seandainya Seshy seperti ibunya: tenang pembawaannya, keibuan dan penuh
perhatian, baik juga.
Sekarang, di rumah yg cukup mewah itu hanya ada bu Desta dan seorang pembantu. Silvina sudah tidak
di situ, sementara Seshy sekolah di ibukota, paling-paling seminggu pulang. Akhirnya aku di suruh
bu Desta untuk membantu sebagai karyawan tidak tetap mengelola perusahaannya. Untungnya aku
memiliki kemampuan di bidang komputer dan manajemennya, yg aku tekuni sejak SMA.
Setelah mengetahui manajemen perusahaan bu Desta lalu aku menawari program akuntansi dan
keuangan dgn komputer, dan bu Desta setuju bahkan senang. Merencanakan kalkulasi biaya proyek yg
dDestangani perusahaannya, dsb.
Aku menyukai pekerjaan ini. Yg jelas bisa menambah uang saku aku, bisa untuk membantu kuliah,
yg saat itu baru semester dua. Bu Desta memberi honor lebih dari cukup menurut ukuran aku. Pegawai
bu Desta ada tiga perempuan di kantor, tambah aku, belom termasuk di lapangan.
Aku sering bekerja setelah kuliah, sore hingga malam hari, datang menjelang pegawai yg lain
pulang. Itupun kalau ada proyek yg harus dikerjakan. Part time begitu. Bagi aku ini hanya kerja
sambilan tapi bisa menambah pengalaman.
Karena hubungan kerja antara majikan dan pegawai, hubungan aku dgn bu Desta semakin akrab.
Semula sih biasa saja, lambat-laun seperti sahabat, curhat, dan sebagainya.
Aku sering dinasehati, bahkan saking akrabnya, bercanda, aku sering pegang tangannya, mencium
tangan, tentu saja tanpa diketahui rekan kerja yg lain. Dan rupanya dia senang. Tapi aku tetap
menjaga kesopanan.
Pengalaman ini yg mendebarkan jantungku, betapapun dan siapapun bu Desta, dia mampu
menggetarkan dadaku. Meskipun sudah cukup umur perempuan ini tetap jelDesta. Aku kira siapapun
orangnya pasti mengatakan orang ini cantik bahkan cantik sekali.
Dasar pandai merawat badan, karena ada dana untuk itu, rajin fitnees, di rumah disediakan
peralatannya. Kalau sedang fitnees memakai pakaian fitnees ketat sangat sedap dipandang. Ini
sudah aku ketahui sejak aku SMA dulu, tapi karena aku kepingin mendekati Seshy, hal itu aku
kesampingkan.
Data-data pribadi bu Desta aku tahu betul karena sering mengerjakan biodata berkaDestan dgn proyek-
proyeknya. Tingginya 161 cm, usianya saat kisah ini terjadi 37 tahun, lima bulan dan berat badannya
52 kg. Cukup ideal.
Pada suatu hari aku lembur, karena ada pekerjaan proyek dan paginya harus didaftarkan untuk
diikutkan tender. Pukul 22.00 pekerjaan belom selesai, tapi aku agak terhibur bu Desta mau
menemaniku, sambil mengecek pekerjaanku.
Dia cukup teliti. Kalau kerja lembur begini ia malah sering bercanda. Bahkan kalau minumanku habis
dia tidak segan-segan yg menuang kembali, aku malah menjadi kikuk. Dia tak enggan pegang
tanganku, mencubit, namun aku tak berani membalas.
Apalagi bila sedang mencubit dadaku aku sama sekali tidak akan membalas. Dan yg cukup surprise
tanpa ragu memijit-pijit bahuku dari belakang.
“Capek ya..? Aku pijit, nih”, katanya.
Aku hanya tersenyum, dalam hati senang juga, dipijit janda cantik. Apalagi yg kurasakan dadanya,
pasti teteknya menyenggol kepalaku bagian belakang, aku rasakan nyaman juga. Lama-lama pipiku
sengaja aku pepetkan dgn tangannya yg mulus, dia diam saja.
Dia membalas membelai-belai daguku, yg tanpa rambut itu. Aku menjadi cukup senang. Hampir
pukul 23.00 baru selesai semua pekerjaan, aku membersihkan kantor dan masih dibantu bu Desta.
Wah perempuan ini betul-betul seorang pekerja keras, gumanku dalam hati.
Aku bersiap-siap untuk pulang, tapi dibuatkan kopi, jadi kembali minum.
“Kamu sudah punya pacar Ron?”
“Belom Bu”, jawabku
“Masa.., pasti kamu sudah punya. Perempuan mana yg tak mau dgn lelaki ganteng”, katanya
“Belom Bu, sungguh kok”, kataku lagi. Kami duduk bersebelahan di sofa ruang tengah, dgn
penerangan yg agak redup. photomemek.com Entah siapa yg mendahului, kami berdua saling berpegangan tangan
saling meremas lembut. Yg jelas semula aku sengaja menyenggol tangannya
Mungkin karena terbawa suasana malam yg dingin dan suasana ruangan yg syahdu, dan terdengar
suara mobil melintas di jalan raya serta sayup-sayup suara binatang malam, aku dan bu Desta hanyut
terbawa oleh suasana romantis.
Bu Desta yg malam itu memakai gaun warna hDestam dan sedikit motif bunga ungu. Sangat kontras dgn
warna kulitnya yg putih bersih.
Perempuan pengusaha ini makin mendekatkan badannya ke arahku. Dalam kondisi yg baru aku
alami ini aku menjadi sangat kikuk dan canggung, tapi anehnya nafasku makin memburu, kejar-
kejaran dan bergelora seperti gemuruh ombak di Pelabuhan Ratu. Aku menjadi bergemetaran, dan
tak mampu berbuat banyak, meski tanganku tetap memegang tangannya.
“Dingin ya Ron..?!”, katanya sendu.
Sementara tangan kiriku dDestarik dan mendekap lengan kirinya yg memang tanpa lengan baju itu.
“Ya, Bu dingin sekali”, jawabku.
Terasa dingin, sementara tangannya juga merangkul pinggangku. Bau wewanginan semerbak di
sekitar, aku duduk, menambah suasana romantis
“Kalau ketahuan Darti (pembantunya), gimana Bu?”, kataku gemetar.
“Darti tidak akan masuk ke sini, pintunya terkunci”, katanya.
Aku menjadi aman. Lalu aku mencoba mengecup kening perempuan lincah ini, dia tersenyum lalu
dia menengadahkan wajahnya. Tanpa diajari atau diperintah oleh siapapun, kukecup bibir indahnya.
Dia menyambut dgn senyuman, kami saling berciuman bibir saling melumat bibir, lidah kami
bertemu berburu mencari kenikmatan di setiap sudut-sudut bibir dan rongga mulut masing-masing.
Tangankupun mulai meraba-raba badan sintal bu Desta, diapun tidak kalah meraba-raba punggungku
dan bahkan menyusup dibalik kaosku. Aku menjadi semakin terangsang dalam permainan yg indah
ini.
Sejenak jeda, kami saling berpandangan dia tersenyum manis bahkan amat manis, dibanding waktu-
waktu sebelomnya.
Kami berangkulan kembali, seolah-olah dua sejoli yg sedang mabuk asmara sedang bermesraan,
padahal antara majikan dan pegawainya. Dia mulai mencumi leherku dan menggigit lembut
semantara tanganku mulai meraba-raba badannya, pertama pantatnya, kemudian menjalar ke
pinggulnya.
“Sejak kamu kesini dgn Silvina dulu, aku sudah berpikir: “Ganteng banget ini anak!””, katanya
setengah berbisik.
“Ah ibu ada-ada saja”, kataku mengelak meskipun aku senang mendapat sanjungan.
“Aku tidak merayu, sungguh”, katanya lagi.
Kami makin merangsek bercumbu, birahiku makin menanjak naik, dadaku semakin bergetar,
demikian juga dada bu Desta. Diapun nampak bergetaran dan suaranya agak parau.
Kemudian aku beranjak, berdiri dan menarik tangan bu Desta yg supaya ikut berdiri. Dalam posisi ini dia
aku dekap dgn hangatnya. Hasrat kelakianku menjadi bertambah bangkit dan terasa seakan
membelah celana yg aku pakai.
Lalu aku bimbing dia ke kamarnya, bagai kerbau dicocok hidungnya bu Desta menurut saja. Kami
berbaring bersama di spring bed, kembali kami bergumul saling berciuman dan becumbu.
“Gimana kalau aku tidur di sini saja, Bu”, pintaku lirih.
Ia berpikir sejenak lalu mengangguk sambil tersenyum. Kemudian dia beranjak menuju lemari dan
mengambil pakaian sambil menyodorkan kepada aku.
“Ini pakai punyaku”, dia menyodorkan pakaian tidur.
Lalu aku melorot celana panjangku dan kaos kemudian memakai kimononya.
Aku menjadi terlena. Dalam dekapannya aku tertidur. Baru sekitar setengah jam aku terbangun lagi.
Dalam kondisi begini, jelas aku susah tidur.
Udara terasa dingin, aku mendekapnya makin kencang. Dia menyusupkan kaki kanannya di
selakangan aku. Kemaluanku makin bergerak-gerak, sementara cumbuan berlangsung, kemaluanku semakin
menjadi-jadi kencangnya, yg sesungguhnya sejak tadi di sofa.
Aku berpikir kalau sudah begini bagaimana? Apakah aku lanjutkan atau diam saja? Lama aku berfikir
untuk mengatakan tidak! Tapi tidak bisa ditutupi bahwa hasrat, nafsu birahiku kuat sekali yg
mendorong melonjak-lonjak dalam dadaku bercampur aduk sampai kepada ubun-ubunku.
Meskipun aku diamkan beberapa saat, tetap saja kejaran libido yg terasa lebih kuat. Memang aku
sadar, perempuan yg ada didekapanku adalah majikanku, tantenya Silvina, mamanya Seshy, tapi
sebagai lelaki normal dan dewasa aku juga merasakan kenikmatan bibir dan rasa perasaan bu Desta
sebagai perempuan yg sintal, cantik dan mengagumkan.
Sedikitnya aku sudah merasakan kehangatannya badannya dan perasaannya, meski pengalaman ini
baru pertama kali kualami.
Aku tak kuasa berkeputusan, dalam kondisi seperti ini aku semakin bergemetaran, antara mengelak
dan hasrat yg menggebu-gebu. Aku perhatikan wajahnya di bawah sorot lampu bed, sengaja aku
lihat lama dari dekat, wajahnya memancarkan penyerahan sebagai perempuan, di depan lelaki
dewasa.
Pelan-pelan tanganku menyusup di balik gaunnya, meraba pahanya dia mengeliat pelan, aku tidak
tahu apakah dia tidur atau pura-pura tidur. Aku cium lembut bibirnya, dan dia menyambutnya.
Berarti dia tidak tidur. Ku singkap gaun tidurnya kemudian kulepas, dia memakai beha warna putih
dan celana dalamnya juga putih.
Aku menjadi tambah takjub melihat kemolekan badan bu Desta, putih dan indah banget. Ku raba-raba
badannya, dia mengeliat geli dan membuka matanya yg sayu. Jari-jari lentiknya menyusup ke balik
baju tidur yg kupakai dan menarik talinya pada bagian perutku, lalu pakaianku terlepas. Kini akupun
hanya pakai celana dalam saja.
“Kamu ganteng banget, Ron, tinggi badanmu berapa, ya?”, bisiknya. Aku tersenyum senang.
“Makasih. Ada 171. Bu Desta juga cantik sekali”, mendengar jawabanku, dia hanya tersenyum.
Aku berusaha membuka behanya dgn membuka kaDestannya di punggungnya, kemudian keplorotkan
celana dalamnya sehingga aku semakin takjub melihat keindahan alam yg tiada tara ini. Hal ini
menjadikan dadaku semakin bergetar.
Betapa tidak?! Aku berhadapan langsung dgn perempuan tanpa busana yg berbadan indah, yg
selama ini hanya kulihat lewat gambar-gambar orang asing saja. Kini langsung mengamati dari dekat
sekali bahkan bisa meraba-raba.
Perempuan yg selama ini aku lihat berkulit putih bersih hanya pada bagian wajah, bagian kaki dan
bagian lengan ini, sekarang tampak seluruhnya tiada yg tersisa. Menakjubkan! Darahku semakin
mendidih, melihat pemandangan nan indah itu.
Di saat aku masih bengong, pelan-pelan aku melorot celana dalamku, aku dan bu Desta sama-sama tak
berpakaian. Kemaluanku benar-benar maksimal kencangnya. Kami berdua berdekapan, saling meraba
dan membelai.
Kaki kami berdua saling menyilang yg berpangkal di selakangan, saling mengesek. Kemaluanku yg
kencang ikut membelai paha indah bu Desta. Sementara itu ia membelai-belai lembut kemaluanku dgn
tangan halusnya, yg membawa efek nikmat luar biasa. Sex
Tanganku membela-belai pahanya kemudian kucium mulai dari lutut merambat pelan ke pangkal
pahanya. Ia mendesah lembut. putri77.com Dadaku makin bergetaran karena kami saling mencumbu, aku
meraba selakangannya, ada rerumputan di sana, tidak terlalu lebat jadi enak dipandang.
Dia mengerang lembut, ketika jemariku menyentuh bibir vaginanya. Mulutku menciumi buah dadanya
dgn lembut dan mengedot puntingnya yg berwarna coklat kemerah-merahan, lalu membenamkan
wajahku di antara kedua buah dadanya. Sex