Cerita Sex Balas Budi Tante Lina part 1
Cerita Sex Balas Budi Tante Lina, Lina, 28 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak umur 3 dan 5 tahun suaminya, Boby, 35 tahun, adalah karyawan dari salah satu perusahaan swasta besar di Bandung. Perawakan Lina sebetulnya biasa saja seperti kebanyakan. Yang membuatnya menarik adalah bentuk tubuhnya yang sangat terawat. Buah dadanya tidak terlalu besar, tapi enak untuk dipandang, sesuai dengan pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang bulat.
Kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis. Dengan 2 anak yang sedang lucu-lucunya, ditambah dengan posisi Boby yang cukup tinggi di perusahaannya, membuat mereka menjadi keluarga yang cukup di hormati di lingkungan kompleks mereka tinggal. Lina pada dasarnya adalah istri yang sangat setia kepada suaminya. Tidak pernah ada niat berkhianat terhadap boby dalam hati Lina karena dia sangat mencintai suaminya. Tapi ada satu peristiwa yang menjadi awal berubahnya cara berpikir Lina tentang cinta.. sexy
Suatu siang, Lina sedang mengasuh anaknya di depan rumah. Dikarenakan kedua anaknya waktu itu berlari jauh dari rumah, maka Lina langsung mengejar mereka. Tapi tanpa disengaja, kakinya menginjak sesuatu sampai akhirnya Lina terjatuh. Lututnya memar, agak mengeluarkan darah. Lina langsung berjongkok dan meringis menahan sakit. Pada waktu itu, Surya, anak tetangga depan rumah Lina kebetulan lewat mau pulang ke rumahnya. Ketika melihat Lina sedang jongkok sambil meringis memegang lututnya, Surya langsung lari ke arah Lina.
“Kenapa tante?” tanya Surya.
“Aduh, lutut saya luka karena jatuh, Sur…” ujar Lina sambil meringis.
“Bantu saya berdiri, Sur…” kata Lina.
“Iya tante,” kata Surya sambil memegang tangan Lina dan dibimbingnya bediri.
“Sur, tolong bawa anak-anak saya kemari.. Anterin ke rumah saya, ya…” kata Lina.
“Iya tante,” kata Surya sambil segera menghampiri anak-anak Lina.
Sementara Lina segera pulang ke rumahnya sambil tertatih-tatih. Waktu Surya mengantarkan anak-anak Lina ke rumahnya, Lina sedang duduk di kursi depan sambil memegangi lututnya.
“Ada obat merah tidak, tante?” tanya Surya.
“Ada di dalam, Sur,” kata Lina.
“Kita ke dalam saja…” kata Lina lagi sambil bangkit dan tertatih-tatih masuk ke dalam rumah.
Surya dan anak-anaknya mengikuti dari belakang.
“Ma, Dono ngantuk,” kata anaknya kepada Lina.
“Tunggu sebentar ya, Sur. Saya mau antar mereka dulu ke kamar. Sudah waktunya anak-anak tidur siang,” kata Lina sambil bangkit dan tertatih-tatih mengantar anak-anaknya ke kamar tidur.
Setelah mengantar mereka tidur, Lina kembali ke tengah rumah.
“Mana obat merahnya, tante?” tanya Surya. sexy
“Di atas sana, Sur…” kata Lina sambil menunjuk kotak obat.
Surya segera bangkit dan menuju kotak obat untuk mengambil obat merah dan kapas. Tak lama Surya segera kembali dan mulai mengobati lutut Lina.
“Maaf ya, tante.. Saya lancang,” kata Surya.
“Tidak apa-apa kok, Sur. Tante senang ada yang menolong,” kata Lina sambil tersenyum.
Surya mulai memegang lutut Lina dan mulai memberikan obat merah pada lukanya.
“Aduh, perih…” kata Lina sambil agak menggerakkan lututnya.
Secara bersamaan rok Lina agak tersingkap sehingga sebagian paha mulusnya nampak di depan mata Surya. Surya terkesiap melihatnya. Tapi Surya pura-pura tak melihatnya. Tapi tetap saja paha mulus Lina menggoda mata Surya untuk melirik walau kadang-kadang. Hati Surya agak berdebar.. Biasanya dia hanya bisa melihat dari kejauhan saja lekuk-lekuk tubuh Lina. Atau kadang-kadang hanya kebetulan saja melihat Lina memakai celana pendek.
Surya biasanya hanya bisa membayangkan saja tubuh Lina sambil onani. Tapi kini, di depan mata sendiri, paha mulus Lina sangat jelas terlihat. Lina sepertinya sadar kalau mata Surya sesekali melirik ke arah pahanya. Segera Lina merapikan duduknya dan juga menutup pahanya. Surya sepertinya terkesima dengan sikap Lina tersebut. Surya menjadi malu sendiri..
“Sudah saya berikan obat merah, tante…” kata Surya.
“Iya, terima kasih,” kata Lina sambil tersenyum.
“Sekarang sudah mulai tidak terasa sakit lagi,” ujar Lina lagi sambil tetap tersenyum.
Surya, 17 tahun, adalah anak tetangga depan rumah Lina. Masih duduk di bangku SMA kelas 2. Seperti kebanyakan anak laki-laki tanggung lainnya, Surya adalah sosok anak laki-laki yang sudah mulai mengalami masa puber.
“Kenapa kamu nunduk terus, Sur?” tanya Lina.
“Tidak apa-apa, tante…” ujar Surya sambil sekilas menatap mata Lina lalu menunduk lagi sambil tersenyum malu.
“Ayo, ada apa?” tanya Lina lagi sambil tersenyum.
“Anu, tante.. Maaf, mungkin tadi sempat marah karena tadi saya sempat melihat secara tidak sengaja…” kata Surya sambil tetap menunduk.
“Lihat apa?” tanya Lina pura-pura tidak mengerti.
“Lihat.. Mm.. Lihat ini tante,” kata Surya sambil tangannya mengusap-ngusap pahanya sendiri. Lina tersenyum mendengarnya.
“Tidak apa-apa kok, Wan,” kata Lina.
“Kan hanya melihat.. Bukan memegang,” kata Lina lagi sambil tetap tersenyum.
“Lagian, saya tidak keberatan kok kamu melihat paha tante tadi,” kata Lina lagi sambil tetap tersenyum.
“Kamu kan tadi sedang menolong saya memberikan obat,” kata Lina.
“Benar tante tidak marah?” tanya Surya sambil menatap Lina.