Cerita Sex Aku Hamil Dengan Teman Suamiku part 3
Hhhhhhhh ….” Aku mendesah pelan sekali saat tangan mas Arif mulai mengusap-usah pangkal pahaku.
Secara naluriah aku membuka pahaku selebar yang memungkinkan di kursi pesawat dan merubah posisi dudukku agak sedikit melorot pada sandaran kursi supaya seluruh bagian vaginaku lebih mudah dijangkau.
“Ahhhh …mmmassshhhhh….” Aku mendesah tertahan sambil memeluk tangan mas Arif ketika kelentitku mulai diusap-usap jari tangannya dan mebuat cairan vaginaku mulai membasahi lubang senggamaku.
“Masukin massh… ohhh…masukiiiinnnn …aja…massshhhh…” Erangku karena sudah tidak tahan lagi kalau jari-jari mas Arif hanya menggesek di luar lubang senggamaku saja.
CLEEPPP ….. kurasakan salah satu jari mas Arif sudah masuk ke dalam liang senggamaku sexy
Srrtt..srrttt ….srrrtt … dengan cepat jari itu keluar masuk liang senggamaku di balik selimut.
“A…a…a….a…” aku berusaha bertahan sekuat tenaga supaya tidak mengeluarkan jeritan kenikmatanku hingga akhirnya tanpa sadar aku menggigit-gigit lengan mas Arif yang dari tadi sudah aku peluk.
“Ooohhh Tuhaann ….oohh Tuhann … nikmat sekali…ohhhh …” Gumamku saat kurasakan orgasmeku hampir tiba.
“Oucccchhhhhhhh…..masss….ahhhhhh….” Tanpa sadar aku menggeliat di kursi saat orgasmeku datang dan membuat selimutnya melorot walapun mas Arif masih sempat menariknya kembali.
“Aduuuh enak sekali mas … terima kasih ya …” Kataku sambil membantu mas Arif membersihkan jari-jari tangannya yang belepotan oleh cairan vaginaku sampai ke punggung dan telapak tangannya.
Aku juga sempat mencubit mas Arif karena cemburu ketika seorang pramugari mencoba bermain mata dengannya sambil memasukkan jarinya kedalam bibirnya walaupun mas Arif hanya menanggapinya dengan senyum ramah biasa. Mungkin pramugari itu bisa menduga apa yang dilakukan mas Arif kepadaku dari balik selimut yang menutupiku.
Fantasiku mulai melayang ke mana-mana, bayangkan saja dalam waktu kurang dari 5 menit dan hanya dengan jari tangannya saja mas Arif bisa membuatku orgasme. Padahal selama ini setiap cowok yang sudah meniduri aku jarang sekali yang bisa membuatku orgasme. Aku jadi makin tidak sabar ingin segera berhubungan badan dengan mas Arif, kata beberapa temanku penis orang pribumi rasanya lain dan gaya mereka bercinta juga berbeda. Dari pengalamanku berhubungan badan dengan Koko maupun kelima pacarku yang semuanya Chinese, semua rasanya sama saja kalau sudah di dalam liang senggamaku walaupun ukuran penisnya beda-beda.
Beberapa menit kemudian pesawat sudah mendarat di Changi Airport dan kembali saat kami jalan berdua menuju imigrasi orang-orang sering memandang kami dengan pandangan ganjil atau senyum nakal. Waktu aku tanya ke mas Arif apakah dia melihat seperti yang aku lihat atau itu hanya perasaanku saja karena pertama kalinya kami bepergian bersama. Mas Arif menjawab bahwa dia juga melihat apa yang aku lihat, menurutnya selain perbedaan ras penampilan kami memang jauh berbeda. Mas Arif berpenampilan dewasa dan kalem, sedangkan aku terlihat seksi dan nakal karena mungkin sudah dibiasakan oleh Kokoku.
Saran dari mas Arif adalah aku merubah sedikit penampilanku agar kami tidak jadi terlalu mencolok. Walaupun tidak dikatakannya langsung, aku juga mengerti bahwa dia tidak ingin aku dianggap sebagai wanita bayaran yang mendampingi pengusaha atau pejabat pribumi yang sedang berlibur.
Tanpa terasa kami sudah sampai di hotel Grand Hyatt di Scotts Road yang biasa di pakai Koko kalau dia ke Singapore. Kamar-kamar kami selain berbeda juga berada di tower yang terpisah dengan lift sendiri-sendiri. Mas Arif sudah memperhitungkan semuanya dengan cukup teliti karena dia tahu betul sifat Kokoku. Mas Arif juga sudah membeli SIM Card lokal untuk kami pakai berkomunikasi satu sama lain selama di Singapore.
Begitu sampai ke kamar aku mulai gelisah karena sangat kangen dengan mas Arif, apalagi dengan kejadian di pesawat tadi. Tapi mas Arif pesan bahwa aku jangan mengontak dia tapi harus menunggu dia yang mengontak aku karena dia belum mempersiapkan HPku untuk diisi nomor lokal tadi.
Ting…toooooong … tiba-tiba bel kamarku berbunyi
Ternyata mas Arif yang ada di luar pintu. Aku segera membukakan pintu untuknya dan menyambutnya dengan gembira karena benar-benar tidak menyangka mas Arif akan ke kamarku secepat ini.
Hhhhhhmmmmmpppphhhh …. Aku langsung mencium bibirnya dengan penuh rasa rindu sampai lupa menutup pintu kamarku.
“Kok lama sekali datangnya …. ?” Kataku manja setelah kami selesai berciuman, padahal aku sendiri baru saja meletakkan koper dan bersih-bersih sedikit tapi belum sempat ganti baju.
“Saya tadi harus cari tahu dulu siapa pemilik benda ini …” jawab mas Arif sambil memperlihatkan celana dalam hitam transparan yaitu celana dalam yang aku copot di Cengkareng.
Rupanya mas Arif berhasil mencomotnya dari tasku tanpa aku ketahui. sexy
“Aduuuuh kok jadi ada di sana sih ?” Mukaku langsung berubah merah karena malu.
Waktu aku berhasil merebutnya malahan mas Arif kembali memelukku dengan satu tangannya sedangkan tangan yang lain langsung merogoh masuk kedalam rok miniku yang tentu saja masih belum memakai celana dalam lagi. Aku segera melepas rok miniku itu sehingga sekarang bagian bawahku sudah telanjang. Mas Arif langsung meresponnya dengan melepaskan celana yang dipakainya dan kemudian celana dalamnya.“Iiiiiihhhhhhhh …. !!!” Spontan aku berteriak kaget waktu melihat penis mas Arif yang sudah mengacung ke arahku.
Penis mas Arif ukurannya biasa-biasa saja, tapi yang sangat berbeda adalah warnanya yang hitam kemerahan dan bentuknya yang pipih bukan bulat. Di sekeliling penisnya terlihat banyak urat-urat pembuluh darah yang menggelembung sehingga penis itu seperti batang pohon yang dililit oleh akar-akar bahar disekelilingnya. Aku merasakan liang senggama di vaginaku berkontraksi dan mulai lembab karena bentuk penis Arif yang sebenarnya agak menyeramkan bagiku tetapi mulai membangkitkan gairah berahiku dengan seketika.
“Kenapa sayang ?” Tanya mas Arif keheranan.
“Aku belum pernah lihat penisnya pri … eh … seperti ini” Jawabku kagok
“Maksudnya belum pernah liat penis orang pribumi ya ?” Canda mas Arif
“Mau cicipin sekarang ?”
“Mauuuuu ….” Kataku manja sambil mencium mas Arif, sedangkan tangan kananku memegang penisnya.
Vaginaku semakin lembab oleh cairan dan mulai terasa berdenyut-denyut karena aku terangsang sendiri saat menggenggam penis mas Arif. Ketika menggenggam penisnya yang pipih, aku seperti sedang memegang ikan lele yang besar yang berontak ingin lepas.