12 mins read

Cerita Seks THREESOME DI TENGAH HUJAN DERAS part 2

Hmm.. banyak sekali spermamu Yang, enak..!” kataku sambil menjilati penisnya, membersihkan sisa-sisa sperma yang masih tertinggal.
“Udah dong Hana. Geli nih..! Nggak usah rakus gitu, nanti juga bisa kok kamu dapatin. Tenang aja.. asal memekmu masih bisa kuubek-ubek, spermaku juga masih bisa kamu nikmati.” ujarnya kegelian.
Akhirnya kurelakan batangnya pergi dari mulutku.

Karena wajahku penuh sperma, maka kubersihkan dengan jari-jariku dan kujilati setiap jari untuk mendapatkan sperma yang tercecer itu. Sejak pertama kali pacarku menyuruh menelan spermanya, aku langsung tergila-gila dan jatuh cinta menelan setiap sperma dari laki-laki yang meniduriku. Aku asyik mengemut jari-jariku sendiri sambil menjerit menikmati sodokan-sodokan Leo yang semakin cepat. Pasti sebentar lagi dia off. Benar saja kataku, tidak lama kemudian kurasakan otot-ototnya makin tegang pertanda maninya udah di ujung penis. Cepat-cepat kutarik vaginaku.

“Tahan Yang bentar..!” aku langsung bergegas bangun dan turun dari tempat tidur, lalu berlutut di depan batang penisnya dan menyambarnya masuk ke mulutku.
Leo meringis ketika kemaluannya kuhisap dan kukocok kuat berkali-kali.
“Oh yeah.. terus..! Hampir, ayo Hana..! Ohh.. Aahh..!” seruannya membahana keluar mengiringi muncratnya cairan putih susu yang kental dan hangat dalam rongga mulutku.
Enaknya, aku terus menghisap dengan rakus tidak ingin ada setetes sperma pun luput dari mulutku.

Leo berkali-kali memuncratkan lahar putihnya itu hingga akhirnya dia terduduk lemas di tempat tidur, tapi aku tetap tidak berhenti. Kuhisap batang kemaluannya dan kubersihkan dengan lidahku sampai benar-benar bersih. Rio menonton adegan itu dari sudut kamar di atas sebuah kursi sambil memegang batang kemaluannya menatap pinggulku yang terangkat naik memperlihatkan vaginaku yang membengkak dan berair.

Sedang asyiknya aku menjilati batang kemaluan Leo dan bergerak ke atas ke arah pusarnya, tiba-tiba Rio bangkit dan meremas pinggulku. Kedua tangannya membuka belahan pantatku dan berlutut di belakangku, tepat di antara kedua pahaku dan mulai menjilati vaginaku ramai sekali hingga berbunyi kecipak-kecipuk. Hisapannya pada klitorisku kembali menaikkan birahiku, dan aku semakin bersemangat menjilati seluruh badan Leo yang terbaring kelelahan.

“Han.. sodomi ya..?” pinta Rio setelah sekian lama mengerjai daerah vaginaku dan sekitarnya.
“Terserah tapi pelan-pelan ya, aku belum pernah soalnya.” kataku di antara kesibukan mengecup dan membelai dengan lidah bagian dada Leo yang ditumbuhi bulu-bulu subur naik ke lehernya dan mendarat di bibirnya.
“Tenang aja, nggak kalah nikmat kok, sekali mencoba pasti ketagihan.” ujar Leo pelan menggenggam rambutku dan melumat bibirku dengan ganas sampai seisi mulutku pun tidak luput dari perhatian liarnya.

Dengan posisi doggy style di atas, tubuh Leo asyik bertukar-tukar ludah, Rio meludah tepat di lubang duburku dan menusuk-nusukkan ibu jarinya untuk melicinkan jalan penisnya nanti. Dan, bless.., aku menancapkan kuku-kukuku di bahu Leo menahan rasa sakit ketika Rio menusukkan batang kejantanannya ke dalam anusku. Aku ingin berteriak tapi Leo telah membungkam mulutku dengan lidahnya yang liat. Rio terus memompa anusku dengan penisnya yang berdiameter super itu makin lama makin cepat dan mencengkram pinggulku erat-erat, mengayunkannya berlawanan dengan arah sodokannya hingga menimbulkan tumbukan yang luar biasa enak.

Leo rupanya mulai pulih kekuatannya, dia menggeser badannya hingga batang kemaluannya itu tepat berada di depan mulutku. Tanpa basa basi, kusambut batang kemerahan yang telah memberikan aku nikmat tiada terkira itu dengan servis istimewa. Kutusukkan ujung lidahku tepat di lubang saluran penisnya berkali-kali dan kuhisap kuat-kuat hanya pada ujungnya saja.

“Auwww..yes pintar kamu girl! Tanganmu sini genggam buah zakarku biar lebih enak.”
Kuturuti permintaanya dan kelima jari-jari lentikku mulai membelai, meremas buah zakarnya dan kulanjutkan dengan mengocok batang kemaluannya mengimbangi hisapanku dan sodokan Rio. Leo langsung merem melek menikmati pelayananku.

“Kenapa? Enak ya Yang..? Uuhh.. ouw.. enaknya. Liat nih..!” kutepuk-tepukkan penisnya di daerah mulutku sambil kuberikan dia senyum dan tatapan menggoda alias mesum.
Kuangkat kedua tungkainya dan kususupkan kepalaku ke bagian pantatnya hingga dadaku rebah menyatu dengan kasur meski pahaku masih dalam posisi doggy style. Kujilati daerah anusnya hingga Leo merintih kegelian. Semakin dia meringis semakin terbakar nafsuku untuk memberinya kepuasan dari seluruh tubuhku.

Jilatanku berganti dengan hisapan dan tusukan ibu jariku ke dalam liang anusnya. Kubuang rasa jijikku, yang ada hanyalah hasrat ingin melayani dan memberikan kepuasan kepada kedua jagoanku itu. Lama-lama aku merasa menjadi pelacur ahli tempat pemuas nafsu seksualitas mereka, namun anehnya aku malah semakin merasa horny dengan perasaan demikian.

Dengan rasa itu, ditambah pula desakan dalam duburku, akhirnya aku tidak tahan lagi dan menjerit keras melepas orgasmeku yang entah untuk keberapa kalinya terjadi, dan tubuhku bergetar hebat sementara kemaluanku menyemburkan cairan kental yang hangat. Rio segera menusukkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke dalam vaginaku sambil terus bergoyang maju mundur.

“Oh.. jepitanmu kuat sekali Han. Jariku sampai berdenyut-denyut di dalam. Bagaimana rasanya..? Asyikkan..?”
“Asyik sekali Yang. Oohh.. akh.. hmpm.. aku nggak kuat lagi.” timpalku dengan memelas.
Leo langsung mengambil inisiatif, diangkatnya tubuhku ke atas tubuhnya lagi seperti pada posisi awal dan langsung memberikan rangsangan maut pada kedua buah dadaku yang memerah dan membengkak akibat hisapan-hisapan mereka. Aku hanya mampu rubuh di atas dadanya dan membiarkan tangannya sibuk menjelajahi buah dadaku, bibirnya pun tidak mau kalah menjilati belakang telingaku dan leherku.

Dengan sekali jambakan kuat pada rambutku, dia memaksaku bertumpu pada kedua tanganku dan mengulum bibirku. Aku hanya pasrah menerima semuanya, bagaimanapun toh aku menyukai kekasarannya, juga pada saat dia mengangkat pinggulku dan langsung menancapkan penisnya dalam vaginaku. Oh Tuhan, sungguh sensasi yang luar biasa dimana ketiga lubang sex-ku terisi semua. Satu di lubang vaginaku, satu penis lainnya di lubang anusku berlomba memacu maju mundur berirama liar, sementara di mulutku lidah Leo pun bergerak liar maju mundur menghisap lidahku. Jika saja kiamat akan datang saat itu, aku takkan menyesal karena aku berada pada puncak kenikmatan paling dasyat yang membuatku melayang ke surga.

Tempat tidur spring bed Leo berderak-derak seirama dengan gerakan kami. Mungkin orang di luar kamar ini pasti mendengarnya, namun aku tidak perduli lagi, bahkan aku ingin menjerit memamerkan keadaanku yang sedang disenggamai kedua lelaki jantan ini. Napasku memburu dan kutekankan buah dadaku di dada Leo sambil terus mengulum lidahnya.

“Ayo Sayang, oh.. goyang teruss..! Oh.. ya.. akh.. shh..!” desahku di antara lidah Leo.
Peluh kami banjir memenuhi tubuhku dan seprei coklat sampai akhirnya tiba-tiba Rio berteriak keras dan kurasakan cairan hangat itu tumpah dalam anusku. Aku merapatkan lubang anusku menjepit penis Rio dan menahannya tetap di dalam anusku hingga sensasi itu hilang. Rio menampar pinggulku keras sekali sambil memaki tidak jelas, lalu mencabut batang kemaluannya dan rebah di samping kami.

Aku segera menegakkan badan dan gantian kini aku yang memompa Leo. Kuturun-naikkan pinggulku semakin cepat hingga tusukan penis Leo terasa sangat nikmat. Gerakan demikian sangat menguras tenagaku, sehingga tidak lama aku tidak sanggup lagi mengangkat pinggulku, namun rupanya Leo tidak mau melepaskan kenikmatan itu, maka dia lalu ganti mengangkat pinggulku dan melakukan gerakan seperti tadi. bokep

Tanpa melepaskan penisnya dari liang sanggamaku, leo membalik posisi kami hingga aku terbaring di kasur dengan kaki mengangkang ke atas, sementara Leo duduk tegak dan melanjutkan kegiatan mengocoknya. Dengan posisi demikian aku lebih leluasa meremas payudaraku sendiri dan bergoyang erotis sambil sesekali menarik dan menjepit putingku dan mendesah halus. Menyaksikan aku yang bergerak erotis, Leo semakin mempercepat frekuensi sodokannya plus gigitannya pada betisku. Tidak lama kemudian dia mulai menegang.

“Han.., udah hampir nih..!”
“Jangan, jangan dicabut dulu Yang, aku juga hampir..!” pintaku memelas dan kini aku pun ikut menggoyangkan pinggulku berlawanan arah dengan dorongan pantat Leo.
“Keluarin dalam ya?” bujuk Leo.
“Ter.. se.. rahh.. akkhh..!” aku memuntahkan lagi cairan orgasmeku.

“Ohh.., enaknya jepitanmu Han. Oh.., ash.., shshsh.., aakhh..!” cairan hangat yang kugilai itu tumpah dalam vaginaku dan aku sangat terkesan oleh sensasi yang ditimbulkannya karena sebenarnya baru pertama kali ini aku membiarkan sperma memenuhi vaginaku.
Aku sangat menjaga agar jangan sekali pun ada sperma yang menyentuh daerah vaginaku, sebab aku tidak ingin hamil, tetapi hari ini aku lupa akan kekhawatiranku itu. Aku ingin merasakan semua fantasi-fantasiku selama ini, lagipula kalau hitunganku tidak salah hari ini aku masih dalam masa tidk subur.

Leo lalu mengeluarkan penisnya dari vaginaku dan rebah di sebelah kananku meninggalkan aku yang masih gemetar dengan anus dan vagina basah penuh sperma. Kakiku tetap kubuka lebar agar aku dapat merasakan sperma yang mengalir di bibir-bibir vaginaku yang masih berdenyut-denyut kencang. Kedua lelaki tadi terbaring dengan mata tertutup entah tertidur atau berpikir. Aku pun tidak dapat menahan kantuk dan segera tertidur kelelahan dalam posisi tadi.

Ketika aku bangun hujan telah berhenti, kulirik jam di tembok ternyata sudah jam 4 lewat, tangan kananku bergerak otomatis ke arah vaginaku, sedangkan tangan kiriku mencari Leo ataupun Rio, namun ternyata mereka sudah tidak ada di sampingku.
“Akh.., kemana sih mereka?” aku bergegas berdiri mencari bajuku atau minimal CD dan BH-ku, namun aku tidak mendapatinya.
Yang kudapat akhirnya hanyalah kemeja dan rokku saja. Akhirnya tanpa mengenakan BH dan CD aku memakai baju dan rokku dan segera merapikan diri, di luar terdengar tawa beberapa orang yang kupikir pasti Leo atau Rio dengan teman-temannya.

Setelah yakin penampilanku sempurna, aku segera keluar mendapati mereka dengan maksud meminta Rio mengantarku pulang. Benar saja di ruang tengah ternyata Leo dan Rio berkumpul bersama teman-temannya lagi asyik ngobrol dan nonton film triple X. Begitu aku muncul, mereka langsung terdiam dan menatapku dengan ganjil. Memang tanpa BH payudaraku dengan puting yang mencuat tegang tampak jelas di balik kemeja kuning muda dan sangat tipis ini, dan itulah mungkin yang menyebabkan mereka terbelalak menatapku.

“Udah bangun Han? Sini duduk sini yuk. Kenalin nih teman-temanku. Itu Rudi, Adi, Dias, Deni dan Lilo.” Leo memperkenalkan temannya satu persatu.
Setelah menjabat tangan mereka, aku pun ditarik duduk di antara Leo dan Rio, lalu ikut menyaksikan adegan panas di TV. Kami pun terlibat obrolan menarik seputar sex dan ML selama kurang lebih satu jam sambil sesekali mereka menggerayani tubuhku.

“Rio udah sore nih, antarin aku pulang dong..! Belum mandi nih.” kataku sambil mengancingkan kemejaku dan merapikan rokku yang telah tersingkap kesana kemari.
Aku takut kalau lama-lama di sini jangan-jangan aku dikerjai mereka semua disuruh melayani nafsu mereka. Bukannya aku tidak mau, sebenarnya aku malah tergoda sekali untuk merangsang mereka, tapi aku malu lah mengingat selama ini kan aku dikenal sebagai cewek ‘baik-baik’ dan aku belum siap kehilangan predikat itu. bokep

“Ok deh, yuk..!”
Aku segera mengambil tas dan buku-bukuku dari kamar Leo dan diantar pulang oleh Rio. Sebelum mandi aku menatap tubuh bugilku di depan kaca dan mengusap bekas-bekas cupangan Leo dan Rio di sekujur badanku terutama daerah payudara, perut sampai di bawah pusarku. Bulu-buluku menegang kembali mengingat kejadian barusan yang kualami, lalu tanpa sadar aku bermastrubasi di depan kaca, tapi karena tidak kuat berdiri aku membaringkan tubuhku di atas kasur dan mulai mengerjai vaginaku sendiri. Kumasukkan jari telunjuk dan jari tengahku ke dalam vaginaku, lalu mulai mengocoknya sambil meremas putingku bergantian dengan tangan yang satunya.

Lima belas menit akhirnya aku selesai tapi birahiku masih tinggi, maka kuambil HP-ku dan menghubungi Ken mantan pacarku. Sampai sekarang kami masih tetap berhubungan hanya untuk melepaskan hasrat seksual masing-masing. Batang kemaluan Ken memang tidak sebesar punya Rio apalagi Leo, tapi dia tahu bagaimana memuaskan aku dan membuatku merindukan kocokan mautnya. Satu setengah tahun kami pacaran dan dia telah mengajarkan segalanya tentang bagaimana membuat lelaki puas melepas hasrat mereka dengan membiarkannya melakukan apa saja terhadap tubuh wanita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *