Cerita Sex Dewasa Terhits Celah Onani Terhebatku Part 3
Tak lama kemudian suara televisi terdengar seperti dipelankan, segera aku buka sedikit celah didepanku untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di bawah. Ternyata Mamaku yang hanya bercelana dalam sedang mengecilkan suara televisi itu. Kerongkonganku langsung kering ketika kulihat tubuh Mamaku yang putih dengan payudara membusung indah serta putingnya yang mekar akibat permainan mulut Papaku.Tanganku seketika itu berhenti mengocok kontolku namun aku justru meremas kuat batang kontolku sambil menelan ludahku beberapa kali untuk membasahi kerongkonganku yang kering itu.
Setelah mengecilkan suara televisi aku melihat Mamaku kembali naik keatas ranjangnya namun berhenti di antara kedua kaki Papaku. Kini hanya punggung Mamaku yang dapat aku lihat dengan posisi setengah membungkuk dan payudaranya sedikit menggantung dan berayun-ayun kecil bila terlihat dari samping.
“Ah.. oh.. uh..”, tiba-tiba Papaku mendesis nikmat. Sex
“Enak ya Pap?”, suara Mamaku dengan nada bertanya kepada Papaku.
“Enak.. oh.. Mam”, jawab Papaku.
“Ya.. oh.. sedot Mam, oh.. begitu..ah..”
Akupun melepaskan kembali pegangan untuk membuka celah itu dan tidak memperdulikannya.Karena kini aku kembali pada fantasiku untuk membayangkan posisi yang dilakukan oleh Papa dan Mamaku sambil tanganku megelus lembut kontolku dari kepala sampai pangkalnya yang sudah licin oleh air kenikmatanku yang berwarna bening.
“Berhenti Mam, bisa-bisa aku keluar sekarang”, terdengar kembali suara Papaku.
“Masukkin sekarang ya Pap..?”, kini suara Mamaku yang terdengar.
Karena ingin tahu lagi apa yang mereka akan lakukan akupun membuka celah itu kembali dengan tanganku yang satu sementara tanganku yang satunya tetap megelus pelan kontolku yang sudah licin. Akupun melihat ujung kaki Papaku sudah berada ditengah-tengah kaki Mamaku yang terbuka lebar.
“Agh.. oh.. sstt.., enak Mam”, terdengar suara Papaku.
“Enak Pap, oh.. goyang Pap, ah..”, kini suara Mamaku yang terdengar, begitu terus suara mereka saling bersahut sahutan sambil terus bekerja keras mendapatkan puncak kenikmatan.
Aku yang mendengar desahan-desahan mereka berdua semakin mengaktifkan tanganku yang tadinya hanya mengelus-elus kontolku kini mengocoknya dengan penuh perasaan sambil terus berfantasi tentang gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Papa dan Mamaku.
“Punyamu licin sekali Mam, oh.. oh..”, terdengar suara Papaku dengan sangat bergairah.
“Putar dong Pap, ayo.. oh.. ah..”, terdengar suara Mamaku.
“Angkat sedikit dong Mam, sst.. aku mau putar nich.. oh..”, terus terdengar suara mereka saling memberikan semangat untuk mencapai kemenangan.
Merasakan aktivitas sex mereka semakin meningkat seiring itu pula kontolku kukocok dengan penuh gairah.
“Ah.. ah.. oh”, akupun mendesis pelan menikmati permainan soloku.
“Auh.. ya..”, aku terus mendesis membangkitkan sendiri gairahku agar air sperma yang terasa sudah terkumpul di batang kemaluanku dapat aku keluarkan.
“Ya.. tekan Pap, Mama sudah terasa nih.. oh.. ahh”, seiring dengan erangan keras yang keluar dari mulut Mamaku akupun mencapai puncak kenikmatanku.
“Crot.. crot.. crot..”, air kenikmatanku melompat-lompat keluar sampai lima kali dan berhamburan di atas plafon itu. Sex
“Ah.. oh.. nikmat.. Mam..”, tanpa kusadari aku mengeluarkan kata-kata itu karena memang dari tadi aku juga sedang berfantasi ikut bermain dengan Mamaku.
Sambil duduk untuk memulihkan kembali stamina yang sudah terkuras setelah mendapatkan kenikmatanku sendiri aku terus mendengarkan suara dari dalam kamar Papa dan Mamaku. Dan tak lama kemudian aku mendengarkan suara Papaku yang mengerang-ngerang.
“Oh.. ya.. sedikit lagi Mam”
“Aduhh.. ah.. ya.. ya.. ya.. ohh..”, terdengar suara Papaku bercampur dengan nafasnya yang naik turun seperti orang habis mengangkat beban berat.
Setelah beberapa waktu tidak terdengar suara apa-apa, pintu kamar mandi Papa dan Mamaku terdengar dibuka yang disusul kemudian suara gemericik air, akupun bergerak dengan sedikit rasa kelelahan untuk kembali turun dari atas plafon itu ketempat tidurku. Mungkin karena sudah letih setelah bermain solo diatas plafon tadi akupun langsung tertidur ketika kepalaku bersandar dibantal tempat tidurku dengan perasaan kepuasaan yang teramat sangat.
Keesokan harinya sepulang dari sekolah, aku yang sengaja tidak keluar bermain memanfaatkan situasi sepi siang itu. Sony dan Rony sedang bermain di rumah tetangga sementara kedua orang tuaku belum pulang dari bekerja dikantornya. Akupun naik kembali keatas plafon untuk melaksanakan rancangan yang aku buat tadi di sekolah yaitu membuat celah yang bisa melihat keseluruh sudut ruangan didalam kamar Papa dan Mamaku sehingga apabila Papa dan Mamaku sedang bermesraan aku dapat menyaksikan adegan-adegan mereka dengan bebas dan aman.
Setelah bekerja kurang lebih setengah jam diatas plafon itu akhirnya aku berhasil membuat rancanganku itu. Kini seluruh sudut didalam kamar itu dapat aku pantau dari atas plafon itu dan aku merencanakan menguji coba celah itu sebentar malam.
Setelah aku merasa telah siap dan aman semuanya aku beranjak hendak turun dari plafon itu takut keburu saudara-saudaraku pulang dari bermain dan orang tuaku yang juga sebentar lagi pulang dari kantor mereka masing-masing.
“Na.. na.. na..”, terdengar suara seorang wanita sedang bernyanyi kecil ketika posisiku telah berada didekat pintu plafon kamarku.
Aku langsung mencari asal suara itu. Tak lama kemudian suara guyuran air seperti orang sedang mandi ikut terdengar diantara suara kecil wanita yang sedang menyanyi itu. Aku mulai berpikir-pikir dan akhirnya aku temukan jawabannya bahwa suara itu adalah suara kakak sepupuku yang bernama Erna.
Rumah kami memang bersebelahan hanya dibatasi oleh sebuah tembok pemisah sepanjang badan rumah kami.Namun kamar mandinya persis menempel di badan belakang rumahku sehingga ujung atap rumahku terpotong sedikit agar bisa bersambung dengan atap kamar mandi mereka.
Rasa takut yang tadi ada kini dibunuh oleh perasaan penasaran yang timbul ingin menyaksikan kakak sepupuku itu sedang mandi.
Tanpa membuang waktu aku segera merangkak mendekati kamar mandi itu. Dan kini aku telah sampai diatas kamar mandi itu yang kebetulan sekali situasi disitu sangat menunjang dan aman untuk menyaksikan tubuh indah dan mulus milik kakak sepupuku itu. Tidak seperti di atas kamar orang tuaku harus dirancang khusus.
Kini pandanganku sedang menatap dengan penuh gairah kearah tubuh Kak Erna yang sedang memakaikan sabun keseluruh tubuhnya. Fantasiku mulai ikut berperan saat itu, seandainya aku yang menyabuni tubuh mulus milik kakak sepupuku itu oh.. betapa nikmatnya. Tangan indahnya kini sedang mengusap-usap lembut kedua payudaranya yang sebesar bola kaki dan sekali-sekali memutar kecil kedua puting susunya yang sedang mekar karena terkena guyuran air yang dingin.
“Oh.. ah.. ah..”, aku mulai mendesah merasakan gairahku mulai bangkit.
Penisku juga aku rasakan mulai meronta-ronta di dalam celanaku. Setelah selesai mengusap-usap kedua payudaranya kini tanganya turun mengusap-usap sekitar tempat yang paling diingini oleh semua lelaki. Dengan lembut tangannya meggosok-gosok bulu yang berada disekitar vaginanya itu.
“Ah.. oh.. sst..”, aku terus mendesis sambil mengocok penisku yang kini telah aku keluarkan dari dalam celanaku.
Semakin lama kocokanku semakin kencang, terasa air kenikmatanku mulai saling mendesak ingin melepaskan diri dari dalam batang kemaluanku. Pandanganku juga terus mengarah ke tubuh Kak Erna sambil terus berfantasi, kini aku melihat Kak Erna jongkok dan tangannya mengusap masuk kedalam lubang vaginanya.
“Ya.. oh.. sedikit lagi Kak Er.. ya.. oh..”, sambil berfantasi Kak Erna sedang bersetubuh bersamaku dengan gaya ia berada diatas atau joki style.
“Ah.. oh.. ya.. ya.. ayo..”, seruku sambil kocokkan pada kontolku semakin cepat.
Air spermaku rasanya sudah berada diujung lubang penisku seiring dengan perasaan panas dingin yang mulai aku rasakan pada tubuhku.
“Crot.. crot.. crot..”, berhamburanlah air kenikmatanku melompat keluar dari lubang kontolku dan berhamburan di atas plafon itu.
“Ah.. oh.. enak Kak Er, sst.. ahh”, seruku sambil melambatkan kocokkan pada kontolku yang semakin lemah ereksinya setelah aku mendapatkan kenikmatanku.
Aku lihat ke bawah Kak Erna sudah memakai handuk dan hendak keluar dari kamar mandi itu. Akupun bergegas turun dari atas plafon itu, untung saja kedua adikku belum pulang dari bermain sehingga aku dapat turun dengan aman. Setelah aku berada diatas tempat tidurku aku mulai berpikir ternyata ada orang lain yang bisa menjadi media masturbasiku selain Papa dan Mamaku.
Sejak itu aku semakin rutin naik keatas plafon untuk melampiaskan birahiku terlebih malam hari untuk menyaksikan Papa dan Mamaku menjadi tontonan pornoku secara langsung. Bahkan tanteku yang sedang mandi juga pernah kujadikan media masturbasiku.
*****
Memang saat itu aku telah menjadi anak laki-laki yang sangat gila dengan masalah seputar sex. Kisahku ini belum berhenti sampai disini karena masih banyak kisahku yang lain. Kisah yang ini umurku baru empat belas tahun seperti yang aku ceritakan diatas. Dan saat ini umurku telah mencapai tiga puluh tahun berarti masih banyak yang akan kuceritakan. Aku ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk 17Tahun karena walaupun umurku telah tiga puluhan aku masih dapat tetap merasa berumur seperti ABG berusia 17 tahun. Mungkin ada yang mau tukar pendapat atau berdiskusi seputar sex bisa menghubungi aku di emailku