4 mins read

Cerita Sex Dewasa Terhits Celah Onani Terhebatku Part 1

Terhits Celah Onani Terhebatku – Hallo sahabat Pencinta Cerita Dewasa Hot, Cerita kali ini admin akan membagi cerita dewasa yang menarik dengan judul Cerita Dewasa Terhits Celah Onani Terhebatku, mudah-mudahan cerita ini dapat bermanfaat sebagai teman curhat anda tentunya sangat membantu bagi para jombloers, just kidding.

| Waktu itu aku telah duduk di bangku SMP kelas dua dan berusia 14 tahun lebih. Aku memang telah menjadi seorang anak lelaki yang sangat tergila-gila dengan segala bentuk kegiatan yang ada hubungannya dengan sex bahkan aku bisa membuat sesuatu mengarah ke sekitar masalah sex.

 

Cerita Onani Terhebat – Misalnya aku melihat suatu benda pasti aku langsung memikirkan bahwa seandainya benda itu dibuat begini atau begitu pasti bisa mengasyikan. Semenjak aku telah merasakan dan mengetahui bahwa perbuatan sex itu memang asyik dan nikmat aku terus memburu dan mencarinya.

Sebelum Ana dan Tari pindah dari lorongku aku sering melakukan pada mereka berdua. Dimana saja dan kapan saja yang penting aku mendapatkan waktu cocok pasti aku melakukannya, baik itu bersama Tari ataupun bersama Ana. (baca: “Sex Perdanaku 1 dan 2”). Tetapi mereka telah pindah bersama keluarganya masing-masing setamat dari Sekolah Dasar tetapi lokasi pindah mereka masih disekitar kotaku juga. Jaraknya kira-kira 15 kilometer dari tempat tinggalku.

Terpaksa aku harus mengatasi gejolak sexku dengan caraku sendiri, kadang aku masturbasi alias onani sambil menghayalkan kenikmatan yang aku dapatkan dari Ana dan Tari walaupun cara itu kurang nikmat aku rasakan dibanding bermain langsung dengan mereka ataupun orang lain. Ibarat orang bermain tinju kalau tidak ada lawannya kurang enak rasanya. Tetapi lama kelamaan aku bisa menikmatinya dengan penuh.

Hingga suatu saat aku mendapat kesempatan dimana kedua orang tuaku dan Kakak sepupuku bahkan tanteku kujadikan media untuk masturbasiku dan inilah yang aku akan tuturkan pada kisahku kali ini.

*****

Kejadian itu berawal pada suatu malam ketika aku terbangun karena merasakan ingin buang air kecil. Akupun bangun untuk kekamar mandi. Karena sudah terbangun aku jadi sulit untuk memejamkan mataku kembali yang memang sudah menjadi kebiasaanku apalagi jam di dinding kamarku waktu itu telah menunjukkan pukul 01.57 dini hari.

Sambil terus berusaha memejamkan mata agar dapat tidur kembali pikiranku mulai menerawang kemana-mana sambil memandang langit-langit kamar.Tetapi usaha itu kurang berhasil ditambah lagi pikiranku sudah mulai menghayalkan perbuatan-perbuatan sex yang pernah aku dapatkan dari Ana ataupun Tari.

“Sst.. ah.. ahh..”, aku mulai berdesis sambil mengelus-elus penisku yang mulai ereksi.

Tetapi perbuatanku itu aku lakukan secara perlahan karena takut kedua adikku terbangun yang memang sekamar denganku. Kamarku itu memang kami tempati bertiga, aku berada seranjang dengan adikku yang nomor tiga namanya Sony tetapi dia berada dibawahku karena kami berdua mengenakan ranjang bertingkat dua sedangkan satu ranjang lagi berada kira-kira satu meter disamping ranjang kami yang ditempati oleh adikku yang nomor dua bernama Rony, Umur mereka juga hanya beda-beda setahun dari umurku. Sambil terus berkhayal aku terus mengelus kepala penisku yang sudah mulai licin oleh air bening yang keluar dari senjataku itu.

“Ouh.. ah.. ah..”, desisku pelan.

Namun terdengar seperti ada desahan lain selain desahanku sendiri yang kadang-kadang desahan itu tiba-tiba menghilang. sex

“Oh.. ya.. yes..”, terdengar desahan-desahan itu secara samar-samar.

Akupun memasang telingaku untuk memastikan bahwa suara itu bukan suaraku, akupun diam sejenak dan ternyata benar kini aku tidak bersuara tetapi desahan itu tetap terdengar. Lalu aku bangun dan duduk untuk mencari dari mana asal suara itu. Sambil memasang kembali telingaku dengan sangat cermat. Kupandang setiap sudut ruangan kamarku dan pandanganku berhenti dipintu plafon kamarku dan sepertinya suara itu berasal dari situ.

Di kamarku memang ada semacam pintu untuk naik dan turun bila kita ingin naik ke atas plafon. Tempat tidurku memang berada dekat sekali dari pintu plafon itu karena ranjangku berada ditingkat yang kedua. Maka dengan mudah sekali aku membuka pintu plafon itu namun tetap dengan sangat perlahan karena takut menimbulkan suara yang dapat membangunkan kedua adikku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *